Magetan – Napak Tilas Ngunut-Parang-Magetan, seperti telah tertuang dalam cacatan perjalanan sejarah Kabupaten Magetan, terjadi agresi militer II yang dilancarkan Belanda untuk menguasai kembali negara Indonesia. Imbas peristiwa tersebut juga terasa di Magetan. Pada 19 Desember 1948 pasukan mulai Belanda menyerbu dan menguasai Magetan dan pusat kota berhasil dikuasai Belanda. “kata Bupati Magetan Suprawoto usai melepas peserta napak tilas”
“Untuk menghindari kekosongan kekuasaan dan meneruskan perjuangan, Pemerintah Kabupaten Magetan kemudian mengambil langkah taktis. Langkah itu diambil dengan jalan memindahkan pusat pemerintahan ke Desa Ngunut, Kecamatan Parang. Setelah tentara Belanda meninggalkan Magetan, tanggal 1 Januari 1950 pusat pemerintahan akhirnya dapat dikembalikan lagi ke kota Magetan,” lanjutnya.
Untuk mengenang peristiwa tersebut Pemerintah Kab. Magetan mengelar kegiatan ini setiap tahunnya, Napak Tilas Ngunut Parang Magetan ini juga dilaksanakan bersamaan dengan rangkaian hari jadi Kabupaten Magetan ke-344 dengan menempuh jarak sekitar 20 kilometer dengan finish di depan Pendopo Surya Graha selatan Magetan. Rabu(9/10/2019)
Kasdim 0804 Magetan Mayor Inf Muji Wahono yang turut meramaikan Napak Tilas Ngunut Parang Magetan mengatakan, napak tilas ini merupakan salah satu cara untuk mengajak generasi muda mengenang sejarah perpindahan pemerintahan di Kabupaten Magetan. Inilah eksistensi roda pemerintahan yang tetap berjalan meski negara berada dalam situasi genting. “Maknanya pemerintahan itu tidak boleh berhenti dalam situasi apapun, dalam situasi terdesak harus tetap bertahan” ungkapnya.
Disisi lain ada tradisi yang melekat dalam Napak Tilas Ngunut Parang Magetan ini, yaitu para warga sepanjang pinggiran jalan yang di lalui oleh peserta Napak Tilas Ngunut Parang Magetan menyediakan berbagai minuman dan makanan untuk menghilangkan lelah dan haus bagi peserta napak tilas ini.
Komentar